Rabu, 14 Oktober 2015

 BENTENG VASTENBURG


Benteng Vastenburg adalah sebuah benteng yang dibangun pada masa penjajahan Belanda yang berada di sekitar Gladak Surakarta. Benteng ini dibangun pada tahun 1745 atas perintah dari Gubernur Hindia Belanda waktu itu Jenderal Baron Van Imhoff.
Bangunan benteng sendiri memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai tempat mengawasi penguasa Surakarta waktu itu yakni Raja Keraton Surakarta dan sebagai pusat garnisun. Diseberang bangunan benteng terdapat rumah kediaman Gubernur Hindia Belanda yang kini telah berubah menjadi Balaikota Surakarta.

Bentuk tembok benteng sendiri berupa bujur sangkar yang pada masing-masing ujungnya terdapat tonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Bangunan benteng sendiri dikelilingi parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan yang ada dibagian pintu depan dan belakang.

Dibagian dalam bangunan Benteng Vastenburg dahulu terdapat beberapa bangunan yang terdiri dari beberapa barak yang terpisah sesuai dengan fungsi masing-masing dalam militer. Ditengah benteng juga terdapat lapangan terbuka untuk persiapan pasukan dan apel bendera.

Pada saat kemerdekaan, bangunan benteng sempat digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan. Sedangkan pada tahun 1970 hingga 1980-an bangunan benteng digunakan sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigade Infanteri 6 untuk wilayah Karesidenan Surakarta.

Semenjak tidak digunakan pada tahun 1980-an bangunan benteng sekarang mangkrak. Bahkan bangunan barak militer yang dulu ada didalam benteng pun kini telah dirubuhkan. Lahan benteng ini dimiliki oleh swasta dan TNI AD yang membuatnya sulit untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata.  

Benteng Vastenburg (Leiden)

Gerbang Depan Benteng

Ruang Pengawas Benteng Bagian Depan

Gerbang Belakang Benteng



___________________________________________________________
PRIMA UTAMA / 2015 / WA: 085725571790 / INSTA: @primautama  





 BANK INDONESIA SOLO
(DE JAVASCHE BANK AGENTSCHAP SOERAKARTA)



Terletak di Jalan Jenderal Sudirman Solo, gedung Bank Indonesia cabang Solo adalah sebuah bangunan peninggalan De Javasche Bank Agentschap Soerakarta yang didirikan pada tahun 1867. DJB adalah sebuah bank sirkulasi milik pemerintah Hindia Belanda yang bertugas untuk mencetak dan mengedarkan uang. De Javasche Bank Agentschap Soerakarta sendiri merupakan kantor cabang keenam setelah Semarang, Surabaya, Padang, Makassar, dan Cirebon.

Presiden DJB, CFW Wiggers Van Kerchem menyatakan pendirian  kantor cabang Solo (Agentschap Soerakarta) melalui prosedur rapat umum pemegang saham luar biasa dengan surat keputusan No. 15 Tanggal 23 Oktober 1867.
Bangunan yang terletak disamping kantor pos pusat Kota Solo tersebut pada zaman dahulu pernah digunakan Perdana Menteri Sutan Sjahrir beserta kabinetnya membahas revolusi di Surakarta bersama dengan Sri Susuhunan Pakubuwono XII dan Sri Mangkunegoro VIII.

Pada masa pendudukan Jepang DJB Soerakarta pernah ditutup dan kemudian dibuka kembali pada tahun 1951 dan menjadi bagian dari nasionalisasi Bank Indonesia. Kini bangunan rancangan biro arsitek Belanda Hulswitt, Fermont dan Ed Cuypers tersebut menjadi salah satu bangunan cagar budaya (BCB) di Kota Solo.



__________________________
PRIMA UTAMA / 2015 / WA: 085725571790 / INSTA: @primautama  


 TUGU PAMANDENGAN SOLO

Tugu Pamandengan adalah sebuah tugu yang terletak di depan gedung balaikota Solo yang berfungsi sebagai penanda titik 0 (nol) kilometer Kota Solo. Bangunan tugu yang masuk dalam bangunan cagar budaya (BCB) tersebut dibangun oleh Sunan Pakubuwana II.

Tugu Pamandengan adalah sebuah sumbu filosofis antara Keraton dan Pasar Gede. Konon Tugu Pamandengan ini dulunya sering digunakan sebagai titik pandang Raja Keraton Surakarta saat beliau duduk di Pagelaran.
Titik 0 (nol) kilometer sudah ada semenjak pendudukan Belanda di Indonesia. Biasanya lokasi titik 0 (nol) kilometer selalu berada di dekat kantor pos pusat suatu kota.




__________________________________________________________
PRIMA UTAMA / 2015 / WA: 085725571790 / INSTA: @primautama