KERATON KARTASURA
Keraton
Kartasura adalah sebuah keraton yang bisa dikatakan adalah cikal bakal dari
Keraton Surakarta saat ini. Sejarah keberadaan Keraton Kartasura diawali dari pemberontakan
Trunajaya dari Madura yang terjadi pada tahun 1677 yang menyerbu Keraton
Mataram lama di Plered. Waktu itu Adipati Anom yang selanjutnya bergelar
Amangkurat II, melarikan diri ke hutan Wanakerta dan kemudian mendirikan
Keraton Kartasura. Keraton Kartasura berdiri pada tahun 1680.
Pada
tahun 1681, Amangkurat II yang dibantu oleh VOC memenangkan peperangan dengan
Kerajaan Mataram dimana waktu itu Pangeran Puger bertahta atas Kerajaan Mataram
Plered. Akhirnya Mataram berhasil
dikuasai oleh Amangkurat II.
Setelah
peristiwa tersebut, peperangan dan pemberontakan banyak menghiasi perjalanan
Keraton Kartasura. Pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan Mas
Garendi pada tahun 1742 yang dibantu oleh etnis Tionghoa yang menyerbu dan
menghancurkan Keraton Kartasura. Peristiwa tersebut terkenal dengan peristiwa
geger pecinan.
Waktu itu Pakubuwono II yang berkuasa melarikan
diri ke Ponorogo. Pada tahun 1743, Pakubuwono II kembali ke Kartasura karena
pemberontakan sudah berhasil ditaklukkan. Namun pada waktu itu kondisi keraton
sudah porak poranda dan tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali oleh seorang
raja. Maka dari itu, Pakubowono II memilih untuk memindahkan Keraton Kartasura
ke Desa Sala yang saat ini dikenal dengan nama Surakarta. Peristiwa perpindahan
keraton tersebut terkenal dengan istilah bedol negari.
Kini
bagian dari bangunan Keraton Kartasura sudah tidak berbekas, karena pada saat
peristiwa bedol negari pada tahun 1745 banyak bagian bangunan utama seperti: Keraton,
Masjid Agung, Gedong Obat (penyimpanan mesiu), dan Tangsi Kompeni (barak
militer) ikut dipindahkan ke lokasi kerajaan yang baru di Desa Sala.
Bangunan
yang masih bisa disaksikan dilokasi bekas Keraton Kartasura adalah bangunan
benteng yang bernama Benteng Srimanganti. Bangunan benteng tersebut kini masih
berdiri kokoh meskipun banyak bagian banguan yang telah rusak.
Benteng
tersebut adalah saksi bisu dari berdirinya Keraton Kartasura pada tahun 1680
hingga 1742.
Bangunan
benteng yang memiliki tebal 2 meter dan tinggi 4 meter tersebut pada zaman
dahulu dibagian atasnya dapat dilewati oleh kuda kerajaan yang melakukan
patroli.
Didalam
bangunan benteng, terdapat komplek pemakaman keluarga keraton. Namun seiring
dengan berjalannya waktu, masyarakat sekitar pun menjadikan lokasi pemakaman
tersebut menjadi pemakaman umum. Tetapi sejak tahun 2005 lokasi tersebut
tertutup untuk pemakaman umum.
Beberapa
benda bagian dari bangunan Keraton Kartasura saat ini ada yang tersimpan di
Museum Radya Pustaka Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar